Selasa, 09 Agustus 2016

100 Orang tewas dalam unjuk rasa anti-pemerintah di Ethiopia



Selama akhir pekan, protes anti-pemerintah di Ethiopia terus bergulir. Hampir 100 jiwa melayang akibat menyuarakan protes tersebut.

Para demonstran ditembak dan dibunuh oleh pasukan keamanan Ethiopia di daerah Oromia dan Amhara. Agar demonstrasi yang tidak biasa ini tidak sampai ke Ibu Kota Addis Ababa, pemerintah rezim menyensor unggahan di media sosial dan memblokir akses internet di negara miskin Afrika ini.

Kerusuhan ini bermula dari rencana pemerintah untuk memperluas wilayah Ibu Kota dari Addis Ababa sampai ke Oromia, yang notabene merupakan tanah dari Oromo, kelompok etnis terbesar di negara tersebut. Protes sebenarnya mulai dilancarkan sejak November tahun lalu, namun belum sebesar dan seberingas sepekan terakhir.

Seperti dilaporkan koran Washington Post, Rabu (10/8), dari data yang diberikan Human Rights Watch, sedikitnya 400 orang tewas ditangan penjaga keamanan negara Ethiopia selama protes dari November 2015. Sementara itu, puluhan ribu lainnya ditahan akibat kerusuhan ini.

"Bentrokan kali ini digambarkan sebagai kekerasan etnis terburuk di Ethiopia selama beberapa tahun terakhir," ujar Human Rights Watch.

Kerusuhan ini menyebar tak hanya di daerah Oromia, beberapa daerah di luar wilayah tersebut marah terhadap Partai Front Revolusioner Demokratik Rakyat yang menguasai salah satu negara di Afrika itu.

Sebenarnya rencana penggusuran itu dibatalkan pada Januari lalu, namun protes kembali pecah menyusul penangkapan para aktivis dan oposisi pemerintah.

Akhir pekan lalu, demonstran meneriakkan slogan anti pemerintah dan mengibarkan bendera kelompok pemberontak. Mereka mendesak pemerintah segera membebaskan kelompok oposisi.

"Sejauh ini, kami telah mengumpulkan daftar 33 demonstran yang terbunuh oleh pasukan keamanan, termasuk oleh polisi dan militer, tapi saya yakin jumlahnya akan bertambah," kata Mulatu Gemechu, wakil ketua oposisi Oromo Federalist Congress.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar